Nasional

BMKG: 63 Persen Wilayah di Indonesia Masuk Awal Musim Kemarau pada Mei-Agustus 2024

Sel, 30 April 2024 | 14:00 WIB

BMKG: 63 Persen Wilayah di Indonesia Masuk Awal Musim Kemarau pada Mei-Agustus 2024

Ilustrasi terik matahari sebagai tanda musim kemarau. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sejumlah wilayah di Indonesia akan memasuki awal musim kemarau dimulai dari bulan Mei 2024 hingga Agustus 2024 mendatang. 


Pada periode tersebut, BMKG memperkirakan sebanyak 63 persen wilayah Zona Musim yang akan mengalami awal musim kemarau.


"Berdasarkan informasi perkembangan musim BMKG, diketahui bahwa sekitar 63 persen wilayah Zona Musim diprediksi mengalami awal musim kemarau pada bulan Mei hingga Agustus 2024," demikian keterangan BMKG melalui laman resminya, diakses NU Online, Selasa (30/4/2024).  


Dalam proses peralihan musim tersebut, BMKG menegaskan bahwa terdapat potensi cuaca ekstrem yang mesti diantisipasi oleh masyarakat Indonesia, seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es. 


"Pada bulan April merupakan periode peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah di Indonesia, sehingga masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem," jelas Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri. 


Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.


Menurut Andri, hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.


Sementara karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat. Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es.


Imbauan BMKG

Dalam menghadapi peralihan musim hujan ke musim kemarau, BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan sembari terus meningkatkan kewaspadaannya, karena potensi terjadinya bencana masih cukup mungkin, terutama banjir di daerah-daerah yang memang rawan akan timbulnya bencana ini.


"Tetap tenang meski perlu tetap waspada terhadap potensi bencana terutama banjir yang sewaktu-waktu dapat terjadi," demikian imbauan BMKG.


Masyarakat juga perlu mengenali potensi bencana di lingkungan masing-masing khususnya di daerah rawan bencana. 


Adapun langkah-langkah sederhana yang dapat dilakukan masyarakat salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan, bergotong royong menjaga kebersihan dan menata lingkungan sekitarnya.