Nasional

Gus Yahya: Indonesia Selamat dari Konflik Horizontal karena NU

Jum, 30 November 2018 | 02:15 WIB

Jakarta, NU Online
Katib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyatakan bahwa Indonesia selamat dari konflik horizontal (konflik agama dan perang sipil) karena adanya Nahdlatul Ulama.

Gus Yahya mengemukakan demikian mengingat konflik yang terjadi dan tidak berkesudahan di negara Islam di dunia. Menurutnya, negara Islam di dunia, dari Maroko sampai Bangladesh sedang menuju kegagalan sosial dan keruntuhan peradaban. Begitu juga dengan negara di Timur Tengah yang kesulitan memperbaiki negaranya.

"Tinggal Indonesia yang selamat dari kemelut ini. Tinggal Indonesia, satu-satunya. Itu sebabnya, sekarang seluruh dunia menengok dengan penuh harap kepada Indonesia. Kenapa Indonesia selamat? karena di Indonesia ada Nahdlatul Ulama," katanya di gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (29/11).

Ia mengungkapkan bagaimana orang-orang dari luar negeri berkunjung ke PBNU bertujuan meminta penyelesaian masalah yang terjadi di negaranya.

"Kiai Said Aqil, Pak Sekjen Helmy Faishal, beliau berdua ini sampai kehabisan waktu melayani orang-orang dari seluruh dunia yang datang ke sini, bertanya tentang cara mengatasi masalah," ucapnya.

Atas hal itu, pria asal Rembang, Jawa Tengah ini pun mengaku tidak menghiraukan umpatan dari orang-orang terhadap terminologi 'Islam Nusantara' yang digaungkan NU, sebab dunia sedang membutuhkan NU.

"Jadi kalau sekarang di sini orang mencaci maki Islam Nusantara, saya sama sekali tidak susah dan tidak berkecil hati karena Islam Nusantara tidak bisa diapa-apakan lagi. Seluruh dunia sudah butuh, sudah settle, mau dicaci maki di mana pun juga orang butuh," jelasnya.

Gus Yahya menuturkan bahwa orang-orang yang mengumpat Islam Nusantara disebabkan ketidaksukaannya kepada NU dan bukan karena ketidakpahamannya tentang Islam Nusantara itu sendiri.

"Mereka yang mencaci maki itu tidak punya tujuan apa-apa selain hanya untuk menyerang Nahdlatul Ulama. Kalau mereka bilang bingung, bilang gak paham itu mereka pura-pura saja. Sebenarnya mereka tahu, mereka paham, tetapi karena mereka butuh untuk menyerang Nahdlatul Ulama, mereka plesetkan, dibikin hoaks, dibikin definisi (sesuai keinginan) mereka sendiri, lalu dicaci maki mereka sendiri," tandasnya. (Husni Sahal/Ibnu Nawawi)