Nasional

Gus Yahya Tekankan Pentingnya Pengajaran Kitab Kuning di Tengah Modernisasi Pendidikan Pesantren

Sen, 26 Februari 2024 | 12:00 WIB

Gus Yahya Tekankan Pentingnya Pengajaran Kitab Kuning di Tengah Modernisasi Pendidikan Pesantren

Ketum PBNU Gus Yahya saat menyampaikan sambutan pada Malam Puncak Haflatul Imtihan ke-92 Putra, Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (24/2/2024). (Foto: tangkapan layar Youtube PZHGENGGONG)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menekankan pentingnya keberlangsungan pendidikan kitab kuning di tengah modernisasi pendidikan pesantren.


Gus Yahya menyoroti perlunya menjaga keberlangsungan pengajaran kitab kuning di tengah-tengah perkembangan lembaga pendidikan formal modern.


"Pondok pesantren yang sudah punya perguruan tinggi, punya berbagai macam lembaga pendidikan formal yang beragam di semua lini pendidikannya, tetap tidak meninggalkan kitab kuning. Ini penting," tutur Gus Yahya pada Malam Puncak Haflatul Imtihan Ke-92 Putra, Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (24/2/2024).


Ia menjelaskan bahwa tidak meninggalkan kitab kuning adalah bagian dari menjaga asas dan tujuan awal dari keberadaan pondok pesantren, yaitu memberikan pendidikan syariah kepada masyarakat, khususnya para santri.


Kiai kelahiran Februari 1966 itu mengingatkan, misi untuk mengejar pengembangan yang lebih canggih dari pondok pesantren secara kelembagaan dengan mengembangkan macam-macam bentuk kegiatan baru yang mengikuti modernisasi, hendaknya tak menjadi alasan untuk melupakan tujuan awal dari hadirnya pondok pesantren.
 

"Jangan sampai dilupakan tujuan dasar dari kehadiran dan keberadaan pondok pesantren, yaitu sebagai pusat pendidikan syariah untuk masyarakat, karena ini adalah wadzifah asal dari para kiai-kiai kita," terang Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.


Kiai yang pernah menjabat sebagai Juru Bicara Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu juga menjelaskan bahwa sejak zaman Wali Songo dan masa sebelumnya, kehadiran ulama di tengah masyarakat adalah untuk mendidik dan mendakwahkan tuntunan agama Islam. Karena itu, pendidikan syariah di pondok pesantren tidak boleh dilupakan.
 

Kiai yang belum lama ini menerima penghargaan Zayed Award for Human Fraternity 2024 itu juga menilai bahwa Pesantren Zainul Hasan Genggong telah menjadi percontohan lembaga pendidikan berbasis pesantren yang tetap menjaga nilai-nilai tradisional di tengah arus modernisasi pendidikan di Indonesia.


"Pondok Pesantren Zainul Hasan ini, apa pun bidang studi yang dijalani oleh santri, dari jenjang awal sampai dengan jenjang akhir, tidak meninggalkan pengajaran kitab kuning. Ini fundamental. Ini sangat mendasar," ujar Gus Yahya.


“Saya sangat berharap bahwa ini juga akan didengar oleh semua pondok pesantren yang lain: kitab kuning tidak boleh ditinggalkan,”  pungkasnya.