Harlah ke-63, Lesbumi Usung Tema Perkuat Strategi Kebudayaan Nusantara untuk Peradaban Dunia
Jum, 12 Mei 2023 | 19:00 WIB
Jakarta, NU Online
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) menggelar peringatan hari lahir yang ke-63 di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jalan Kramat Raya 168, Senen, Jakarta Pusat, Jumat (12/5/2023).
Peringatan harlah Lesbumi ke-63 ini mengangkat tema “Memperkuat Strategi Kebudayaan Nusantara untuk Peradaban Dunia”.
Ketua panitia peringatan harlah ke-63 Lesbumi, Susi Ivvaty menjelaskan bahwa peringatan harlah ke-63 berdasarkan perhitungan tahun hijriah yang jatuh pada tanggal 21 Syawal 1444 H. Adapun pencetusan Lesbumi berdasarkan perhitungan masehi jatuh pada tanggal 28 Maret.
“Acara harlah Lesbumi di tanggal 21 Syawal, karena untuk menandai hari lahir Lesbumi versi hijriah. Sementara, 28 Maret menandai harlah Lesbumi dalam hitungan masehi, tahun ini ke-61,” terang Susi dalam sambutannya.
Kegiatan ini diawali dengan doa bersama dan sarasehan budaya. Susi menutur, kegiatan ini sekaligus membuka rangkaian acara menuju puncak harlah yang akan dilaksanakan pada 22 Juni 2023 mendatang.
Rencananya, puncak harlah 22 Juni 2023 bakal dilangsungkan di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail yang berlokasi di Jalan HR Rasuna Said.
“Yang jelas kami ingin 22 Juni peringatan harlah digelar di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail,” tuturnya.
Hadir dalam pertemuan tersebut, Ketua Umum Lesbumi PBNU KH Jadul Maula. Ia menyampaikan, penentuan tanggal 22 Juni tersebut berbarengan dengan tanggal disahkannya Piagam Jakarta sebagai rancangan pembuka Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
“22 Juni ini momentum Piagam Jakarta di mana rumusan asli dari Pancasila itu ada di dalamnya dan Piagam Jakarta juga dicantumkan tentang spirit dasar pendirian negara ini,” papar Kiai Jadul.
“Nilai-nilai yang melandasinya, tujuan didirikannya, sehingga kemudian Piagam Jakarta ini dirumuskan, yang disebutkan dalam UUD 1945,” imbuh dia.
Sementara tema strategi kebudayaan yang diusung pada peringatan harlah Lesbumi tahun ini, Kiai Jadul menilai menjadi penting karena menyangkut dengan beberapa konteks.
“Pertama dari konteks ke-NU-an maupun Lesbumi dan konteks berbangsa dan berbudaya,” tutup Kiai Jadul.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Aiz Luthfi
Terpopuler
1
PBNU Kembali Buka Beasiswa ke Maroko, Ini Ketentuan dan Cara Daftarnya
2
Sempat Alami Gangguan Jiwa karena Kecanduan Game, Pemuda Kediri Ini Hafal Al-Qur'an 30 Juz
3
Baca Doa Ini saat Lepas Keberangkatan Jamaah Haji
4
Ketua LBM PBNU: Praktik Haji Ilegal Bertentangan dengan Susbtansi Syariat
5
NU Care-LAZISNU Purbalingga Berdayakan Ekonomi Seorang Guru Ngaji Penjual Dawet Ayu
6
KH Ali Mustafa Yaqub Tak Minder Jumlah Santri, Tapi Lebih Penting Kualitasnya
Terkini
Lihat Semua