Nasional

Ini Penyebab dan Dampak Perselingkuhan menurut Psikolog

Sel, 25 Juni 2024 | 19:00 WIB

Ini Penyebab dan Dampak Perselingkuhan menurut Psikolog

Gambar hanya sebagai ilustrasi perselingkuhan. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online

Psikolog Klinis Winda Maharani mengungkapkan penyebab perselingkuhan. Salah satunya karena mengabaikan dimensi komitmen.


Winda menegaskan bahwa percintaan, terutama di kalangan remaja saat ini cenderung terbatas pada gairah seksual atau ketertarikan secara fisik.


"Padahal menurut teori Triangle of Love dari Sternberg, cinta itu terdiri dari beberapa dimensi yaitu komitmen, intimasi, dan passion (gairah)," kata Winda saat dihubungi NU Online, Selasa (25/6/2024).


Dosen Psikologi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) ini juga menjelaskan bahwa cinta yang ideal dan sehat, itu harus terdiri dari dimensi komitmen, intimasi, dan gairah. Sementara para remaja memahami cinta hanya terdiri dari satu atau dua dimensi saja, seperti gairah dan intimasi.


"Mereka (para remaja) cenderung mengabaikan dimensi komitmen dalam cinta. Padahal dimensi ini mencakup kesetiaan, kepercayaan, dan tanggung jawab," jelasnya.


Winda kemudian mengutip survei dari aplikasi pencari teman kencan Just Dating (2022). Pada survei ini, Indonesia menempati posisi ke-2 di Asia sebagai negara yang banyak melakukan perselingkuhan dengan 40 persen perempuan lebih banyak melakukan perselingkuhan dibandingkan pria.


Lalu dalam Journal of Sex and Marital Therapy yang dirilis pada 2020 disebutkan bahwa sebanyak 21,8 persen korban perselingkuhan memilih untuk mempertahankan hubungan dan memaafkan pasangannya meski sudah ketahuan berselingkuh.


Terkait persepsi publik soal perselingkuhan, Winda menyoroti pentingnya remaja mengambil pelajaran dalam setiap kasus yang ada di media sosial. Winda berharap, pasangan muda dapat memperbaiki komunikasi dalam menjaga kepercayaan dan kesetiaan dalam hubungan.


"Komentar-komentar (tentang perselingkuhan) tersebut sebenarnya menggambarkan adanya proses pembelajaran sosial yang terjadi pada individu. Seharusnya pembelajaran tersebut bukan malah membentuk ketakutan, tapi harus menjadi hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum menjalani hubungan romantis," jelasnya.


"Makanya menjadi penting untuk melakukan komunikasi mendalam sebelum masuk ke jenjang pernikahan, kalau bisa melakukan konseling pra-pernikahan akan semakin baik," tambahnya.


Dampak perselingkuhan

Winda juga menjelaskan tentang dampak perselingkuhan. Salah satu dampaknya adalah gangguan kesehatan mental pada individu. Hal ini dapat meningkatkan kerentanan terhadap berbagai masalah psikologis, seperti gangguan kecemasan dan depresi.


Selain itu, perselingkuhan dapat menyebabkan gangguan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) atau PISD (Post-Infidelity Stress Disorder) yaitu gangguan stres pasca-perselingkuhan.


"Kesehatan mental yang terganggu juga dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri (self-esteem) individu secara signifikan," terangnya.