Nasional JELANG MUNAS-KONBES

Ribuan Nahdliyin Kibarkan Panji NU

Jum, 14 September 2012 | 07:30 WIB

Cirebon, NU  Online
Ribuan warga NU wilayah III Cirebon berpawai dengan tajuk Kirab Budaya Aswaja dan Kebangsaan dengan mengibarkan panji-panji NU dan bendera merah putih, Kamis, (13/9).
<>
Mereka berangkat pagi dari wilayah masing-masing dengan menumpangi kendaraan roda empat dan roda dua. “Yang dari Kuningan, Majalengka dan Indramayu berangkat pagi dari tempat masing-masing,” ujar Sobih Adnan, salah seorang panitia.

Kemudian saling menunggu, berkumpul, di alun-alun Kejaksan kota Cirebon. Warga NU wilayah III Cirebon mencakup Kabupaten/Kota Cirebon, Kuningan, Majalengka, dan Indramyu itu dilepas Walikota Cirebon, Subardi. Lalu, arak-arakan keliling kota. Mereka bersama-sama menuju Palimanan.

Dari Palimanan, bergabung warga NU yang berjalan kaki sejauh 3 km menuju pesantren Kempek, lokasi Musyawarah Nasional Ali Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama 2012.

Sepanjang perjalanan, di kiri kanan dipenuhi umbul-umbul, spanduk, logo Munas-Konbes. Sementara mereka mengibarkan bendera NU dan merah putih. Selain itu, bendera banom NU seperti Ansor, Muslimat, IPNU juga dikibarkan para anggotanya.

Arak-arakan sangat semarak dan menjadi tontonan warga karena diiringi dengan sepuluh grup marching band, satu barongsai, dan dua liong yang dikirimkan Yayasan Sasana Budha Tionghoa Kota Cirebon.

Di pesantren Kempek, mereka disambut pengasuh pesantren KH Ja’far Aqil Siroj, Ketua PWNU Jawa Barat Eman Suryaman Abdurahman, Ketua Panitia Dedi Wahidi, serta para santri, panitia, dan warga sekitar.

Salah seorang peserta kirab itu adalah Mutawali dari kampung Cihirup, Kecamatan Awigebang, Kabupaten Kuningan. “Kampung kami sekitar 20 km dari kota dan 9 km dari jalan raya,” terangnya.

Mutawali menambahkan, dari kampungnya mengirimkan dua kendaraan; satu ditumpangi warga, sisanya para santri dan kiai.

“Kami bergabung dengan rombongan dari desa-desa lain. Kira-kira ada 90 hingga seratus kendaraan,” terangnya.

Kemudian ia menjelaskan kronologi keberangkatan, “Kami diberi tahu dari MUI, kiai, dan DKM di masjid-masjid. Dana keberangkatan dari kas DKM,” tambahnya.

Mutawali mengaku di kampungnya, meski cara beribadah ala NU, tapi belum terbentuk kepengurusan. Jadi melalui MUI dan DKM yang memang orang NU juga. “NU di kami belum seperti Cirebon. Tapi Alhamdulillah sekarang mulai ngangkat,” jelasnya dalam logat Sunda.

Ia berharap NU ke depan lebih memperjuangkan masyarakat kecil seperti dirinya. Di samping membentengi Islam.

“Mudah-mudahan NU semakin berkembang membentengi umat dari ajaran yang sesat,” pungkasnya.


Redaktur : Hamzah Sahal
Penulis    : Abdullah Alawi