Ahmad Rozali
Kontributor
Jakarta, NU Online
Wakil Presiden RI KH Maāruf Amin mengingatkan kepada para orang tua untuk tidak semata-mata menyalahkan takdir terhadap kondisi anak yang terkena stunting. Menurutnya, stunting dapat dihindari dengan cara yang benar. Menurutnya, kondisi anak yang mengalami stunting merupakan bagian dari konsekwensi dari yang dilakukan orang tua anak sebelum dan di awal kelahirannya.
āAnak stunting juga sebagian peran dari orang tuanya. Jadi jangan dianggap itu takdir semata,ā kata KH Maāruf Amin di dalam acara Halaqoh Nasional Pelibatan Penyuluh Agama untuk Mendukung Percepatan Penurunan Stunting pada Kamis (6/10/202) di Istana Wakil Presiden RI, Jakarta Pusat.
Dalam kesempatan tersebut,Ā Rais āAam PBNU 2015-2018 ini juga meluruskan pandangan yang salah dalam meletakkan tawakkal dan usaha. Menurutnya, sebagian orang salah menggunakan praktik tawakkal dengan keliru karena tawakkal diartikan pasrah tanpa usaha menghindari bahaya atau mudarat. Padahal menurutnya, merujuk pada ulama terkemuka Syekh Nawawi Al-bantani; keduanya tidak bisa dipertentangkan.
āPadahal kata Syekh Nawawai Albantani: Tawakkal dan sebab (sebuah perkara) tidak saling menegasikan. Tawakkal tempatnya di hati. Sementara sebab tempatnya di dalam kerja-kerja kita. Karena itu, sebab itu tidak saling menegasi dan menafikan. Tawakkal dan sebab, dua-duanya bis akita lakukan. Ā Tempatnya berbeda,ā kata Kiai Maāruf.Ā
Dalam konteks menghindari stunting pada anak, menurut Kiai Maāruf, orang tua harus melakukan kerja yang bertujuan menghindarkan anaknya dari bahaya stunting. Sementara di saat yang bersamaan dia bertawakkal atas hasil dari usahanya kepada Allah SWT. Jadi menurutnya, tawakkal bukan berart tidak menghindari sebab terjadinya keburukan.Ā
Dalam kesempatan tersebut, kiai Maāruf juga mengingatkan parintah Al-Qurāan untuk memberikan ASI kepada bayi yang baru lahir. Mengutip sebuah ayat di dalam Al-Qurāan surat Al-Baqarah ayat 233, kiai Maāruf menjelaskan pentingnya memberika ASI dan larangan memutuskan ASI sebelum masanya. Ā
āDan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Kalau sampai tidak memberi ASI, maka ada syaratnya di dalam Al-Qurāan. Syaratnya harus bermusyawarah berkonsultasi pada ahlinya yakni ahli kesehatan. Kalau menghentikan ASI sebelum dua tahun harus konsultasi pada ahli Kesehatan. Baik atau tidak, bahaya atau tidak menghentikan ASI sebelum dua tahun itu,ā tegasnya.Ā
Baca Juga
Fatayat NU Turut Kampanye Cegah Stunting
Hal-hal tersebut menurut dia adalah sebagian cara untuk menghidarkan anak dari bahaya stunting. Stunting merupakan bahaya yang harus dihindari, di mana hal tersebut merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam.Ā
āBerikanlah anak pengasuhan yang baik. Ayah dan ibu harus mengasuh anak dengan penuh tanggung jawab lahir dan batin, dunia dan akhirat. Pengasuhan di keluarga merupakan salah satu faktor pembentuk karakter dan kualitas manusia Indonesia ke depan. Anak itu tanggung jawab, amanah yang diberikan oleh Allah SWT,ā pungkasnya.
Kontributor: Ahmad Rozali
Editor: Syakir NF
Terpopuler
1
PBNU Buka Pendaftaran Beasiswa S1 ke Al-Azhar Mesir, Ini Ketentuan dan Cara Daftarnya
2
Khutbah Jumat: Menjadi Pribadi Lebih Baik di Tahun Baru Islam
3
DKPP Berhentikan Hasyim Asy'ari sebagai Ketua KPU RI karena Kasus Tindakan Asusila
4
Khutbah Jumat Tahun Baru Hijriah: Kiat Memperbaiki Masa Depan
5
Diberhentikan DKPP, Ketua KPU: Alhamdulillah, Terima Kasih
6
Khutbah Jumat: 7 Upaya Menata HatiĀ
Terkini
Lihat Semua