Internasional

Lebaran di Bremen Jerman, dari Kuliner Khas Indonesia hingga Mudik

Sel, 16 April 2024 | 13:00 WIB

Lebaran di Bremen Jerman, dari Kuliner Khas Indonesia hingga Mudik

Suasana lebaran 2024 di Bremen, Jerman. (Foto: dok istimewa/Gery)

Jerman, NU Online

Suasana perayaan Hari Raya Idul Fitri merupakan momentum yang ditunggu-tunggu oleh umat Muslim di seluruh penjuru dunia, setelah satu bulan melakukan puasa dan amaliyah lain di bulan suci Ramadhan. Tidak terkecuali di Bremen, salah satu kota otonom di negeri Jerman.


Data dari Pew Research Center, Jerman memiliki populasi Muslim sebanyak 4.950.000. Hal ini menunjukkan bahwa Jerman termasuk negara populasi Muslim terbesar di Eropa.


Menjelang Idul Fitri, beberapa masjid di Jerman, ada yang menyediakan kegiatan khusus menyambut lailatul qadar. Dimulai dari kegiatan tadarus Al-Qur’an dan pembacaan maulid.


Tiba di 1 Syawal 1445 H, Ketua Keluarga Muslim Indonesia Bremen (KMIB) Gery Vidjaja menjelaskan bahwa pelaksanaan sholat Idul Fitri tidak hanya dilaksanakan di masjid, namun juga ada yang sewa gedung.


“Karena masjid tidak muat menampung jamaah, KMIB meminjam masjid dari jamaah Turki. Shalat dimulai jam 7.00 dan hanya laki-laki saja, yang perempuan tidak ikut, dalam mazhab Hanafi ini diperbolehkan,” jelas Gery yang juga Mustasyar PCINU Jerman, Senin (15/4/2024).


KMIB juga menyediakan menu makanan khas Indonesia, yang disajikan untuk seluruh warga Muslim yang sudah mendaftar.

 

“Kuliner khas Indonesia yang disajikan setiap Idul Fitri juga kami siapkan, mulai dari lontong, opor, sambal goreng kentang, pudding dan menu yang lain untuk sebanyak orang yang mendaftar, tahun ini ada 200 orang yang mendaftar,” ungkap Gery.


Tradisi berkunjung antar-keluarga dan saudara Muslim juga diselenggarakan selepas shalat idul fitri di Jerman, baik kepada keluarga yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.


“Kalau di Indonesia kan ada istilah mudik, namun di sini tidak begitu kentara, karena sedikit yang pulang ke Indonesia atau negara asal. Tapi mudik ke keluarga di Jerman ada, biasanya anak yang sudah tidak tinggal satu kota dengan ayah ibunya, akan pulang ke orang tua. Ada juga ziarah kubur ke keluarga yang sudah wafat yang lumayan banyak,” pungkas Gery.