Pendidikan Islam PESANTREN API

Beri Bekal Khusus dengan Program Pesantren Entrepreneur

Sab, 14 November 2015 | 15:30 WIB

Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) merupakan pesantren salaf berpengaruh di Magelang Jawa Tengah. Kesadaran untuk menyiapkan para santri dengan bekal untuk hidup membuat pengasuh pesantren saat ini KH Yusuf Chudlori membuat program khusus yang dinamai Pesantren Entrepreneur yang diselenggarakan selama sebulan penuh bagi para santri yang akan atau sudah menyelesaikan pendidikannya.
<>
Ia berkeyakinan, bagi santri, profesi yang paling pas adalah pekerjaan memiliki fleksibilitas sehingga masih ada waktu untuk berdakwah, mengajar ngaji dan dakwah lainnya. Karena itu, pekerjaan yang tepat diantaranya adalah penjadi pedagang atau petani. Rasulullah sendiri dulu kan juga pedagang. Ketika hijrah ke Madinah juga bertani. 

“Sebetulnya orientasi kita dulu ke situ. Berdagang dan bertani, itu profesi yang pas buat santri. Jamnya fleksibel sehingga bisa ngajar di masjid dan musholla,” katanya. 

Ia menjelaskan setiap tahun pesantren API meluluskan sekitar 300 orang. Setiap dua atau tiga bulan, dibuka kelas Pesantren Entrepreneur dengan kapasitas maksimal 30 santri. “Kita utamakan santri API, tetapi kita juga menerima peserta dari pesantren lain, ada ada rekomendasi kiainya,” jelasnya. 

Karena itu, dalam program yang sudah berjalan 13 angkatan ini, ada peserta yang datang dari Jogja, Kajen Pati, Tuban, Kediri dan lainnya. Ada alumni pesantren API yang sudah lulus tiga tahun sebelumnya juga ikut. 

Program utama selama satu bulan adalah perubahan mainset agar santri memiliki jiwa kewirausahaan, percaya diri, mampu mandiri, dan menjadi petarung dalam bidang ekonomi. Slogannya adalah man jadda wa jada atau siapa yang mau berusaha pasti berhasil. Apalagi ada keyakinan dan modal doa. 

Para instruktur yang kompeten didatangkan sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Mereka diajari bagaimana membuat rencana bisnis (business plan), tata cara komunikasi, membikin jaringan dan lainnya. Lalu ada kelas khusus peminatan seperti kuliner, peternakan lele, marketing online.  

Selain belajar dari para praktisi yang terdiri dari pedagang kaki lima, penjual bakso, pedagang kelontong dan lainnya, mereka juga diajak ke pasar untuk melihat langsung aktivitas ekonomi. Keberadaan para entrepreneur sukses yang diminta mengajar juga ditujukan untuk menumbuhkan motivasi bagi peserta pelatihan bahwa jika mereka berusaha keras mereka bisa berhasil.

Setelah program satu bulan selesai, mereka praktek kerja lapangan dengan ikut magang sesuai dengan minatnya, ada yang di restoran, peternakan, perdagangan, percetakan atau tempat lain yang sesuai. Setelah itu, diharapkan mereka bisa membuka usaha di tempatnya masing-masing.

Dari situ nantinya akan diketahui, siapa saja yang memiliki prospek dan minat tinggi. Merekalah yang nantinya akan dibantu, tak selalu modal uang, tetapi bisa dicarikan tempat untuk membuka warung makan, dibikinkan rombong bakso, atau hal lain yang dibutuhkan. Pesantren API juga memiliki BMT yang menyediakan dana bagi mereka yang membutuhkan, tentu setelah ada penilaian bahwa usaha yang dijalankannya layak. 

Tidak selesai di situ, usaha yang dijalankan akan terus dipantau atau didampingi baik melalui SMS, telepon, atau grup media sosial yang sangat efektif sebagai sarana komunikasi. 

Setelah program ini berjalan beberapa kali dan berhasil menumbuhkan minat kewirausahaan santri, terdapat perusahaan seperti Bank Mandiri atau kementerian seperti Kementerian Agama, Kementerian dan Kementerian Tenaga Kerja yang memberikan bantuan, tetapi ia menegaskan ada support atau tidak dari luar, program ini tetap jalan. Jika ada bantuan dari luar, maka menggunakan dana tersebut, tetapi jika tidak ada, maka menggunakan dana dari pesantren. 

Dari sekitar 300 alumni Pesantren Entrepreneur, baru 15 yang benar-benar usahanya jalan atau baru 5 persen dan terus dibina agar mandiri. Ia mengakui banyak persoalan membangun jiwa kewirausahaan di Indonesia. Bahkan tingkat lima persen ini masih lebih tinggi dari rasio kewirausahaan di Indonesia yang masih dibawah 2 persen dari total penduduknya.  

Manfaat lain secara kelembagaan, para calon santri dan orang tuanya kini semakin mantap mengirimkan anaknya ke pesantren API, karena pesantren ini memberikan bukan bukan hanya pengetahuan agama, tetapi juga ketrampilan berusaha. Para santri didorong untuk belajar mengaji dengan baik selama tahun-tahun mengaji. “Yang penting mengaji dahulu, setelah lulus, bisa belajar berusaha.” 

Program lain dari Pesantren API yang cukup berhasil adalah Dai Ramadhan, seperti KKN bagi para santri yang dikirim ke daerah-daerah yang yang masih perlu mendapatkan dakwah secara intens seperti daerah Wonogiri dan Gunung Kidul. Mereka diminta mengelola satu masjid dan mendampingi masyarakat yang belum bisa mengerjakan shalat dan belum mengenal Islam dengan baik. Akhirnya, banyak alumni pesantren API yang menikah dengan warga setempat dan mengabdikan dirinya di daerah tersebut sehingga mampu mewarnai kehidupan agama. (Mukafi Niam)

Terkait

Pendidikan Islam Lainnya

Lihat Semua